Sinopsis & Review Film The Science of Fictions (2020)



Judul: The Science of Fictions (2020)

Genre: Psychology, Drama

Rate imdb: 6,7/10
Rate Ane: 3/5

Sutradara & Penulis:
~ Yosep Anggi Noen

Durasi: 1h 46m
Pemeran:
~  Gunawan Maryanto (Siman)
~ Ecky Lamoh (The Actor)
~ Yudi Ahmad Tajudin (Ndapuk & Tupon)
 
Sinopsis:
Tentang Siman seorang pemuda yang tidak sengaja menyaksikan rekayasa syuting di bulan, karna hal itu Siman ditangkap oleh para kru dan lidah Siman di potong agar ia tidak membocorkan apa yang ia liat. Untuk menyampaikan pesan ini Siman berjalan lambat layaknya seorang astronot dan ia dianggap gila oleh orang sekitar dan ini lah kisah Siman.

Gmna Kelanjutannya??

Gua mau sedikit kupas apa yg gua dapet dari film ini jadi akan spoiler!

"Kenthu adalah kenikmatan dunia"
Film yang digandang2kan sebagai film terbaik 2020 dari Indonesia oleh banyak orang dan digandang2kan pula sebagai film yang seharusnya mendapatkan piala FFI dan lebih pantas masuk ke perwakilan oscar dibandingkan dengan film Impetigore atau perempuan tanah jahanam. 2 hal itu yang bikin gua penasaran sama film ini, secara gua suka dan Impetigore, cuma penasaran apa yang membuat orang lebih memilih ini, apa dari segi cerita, konsep atau akting. Film ini sendiri sudah tayang diberbagai festival sebelum akhirnya tayang resmi di Indonesia.

Gua nonton film ini tanpa gua tau ini film apa, gua gatau genrenya apa, yang gua tau ini film festival. Dan pas pertama gua menyaksikan ini, gua kira ini film horror, karna adegab gemuruh angin yang annoying malah membangun atmosfer horrornya, namun setelah beberapa menit berlangsung, gua yakin ini bukan horror dan ternyata ini film ceritanya absurd bgt, penuh dengan pesan baik pesan moral maupun pesan kritik untuk pemerintahan.

Filmnya sendiri memiliki alur yang sangat lambat karna kan film ini konflik utamanya adalah Siman yang mau memperagakan Astronot dan astronot tentunya berjalan lambat saat di bulan, jadi Siman jalannya lambat dibarengi dengan alur yang lambat dan gua rasa tidak semua orang akan suka dengan film ini. Tidak hanya alur yang lambat, karna beberapa adegan ada yang dikemas dengan nuansa BnW dan itu memakan waktu cukup lama, jadi alur udah lambat, pemerannya jalannya lambat, eh gambarnya item putih, jadi seperti yg gua bilang tadi, ga semua orang bisa menikmati film yang seperti ini.

Jujur, gua sendiri sempet melamun melihat banyaknya adegan yang penuh sarat dan pesan. Mulai dari kritik pemerintahan, kritik sosial, hingga persetan dengan memberi tahu warga. Jadi film ini mengambil setting tahun 60an, dan sang sutradara berkali2 menyisipkan kritik terhadap pemerintahan secara tidak langsung, lalu kritik sosial juga sangat gua rasakan, seperti orang yang berkebutuhan khusus bukannya dibantu malah dimanfaatkan, bahkan oleh orang terdekatannya sendiri, lalu orang yang tampilannya berbeda cenderung dianggap aneh dan dibully.

Dan pesan utama yang gua tangkep di sini selain kentu itu enak adalah ga semua orang harus kita kasih tau apa yang kita lihat dan itu yang dilakukan Siman di sini. Ini dari sudut pandang gua dan ini yg gua tangkep setelah menonton, jadi Siman memperagakan Astronot seolah2 untuk memberitahu ke seluruh orang kalo pendaratan di bulan itu palsu, Siman gabisa bicara, jadi ia memperagakan melalui gerakan di Astronot dan karna itu Siman di anggap gila. Namun Siman tidak goyah, ia masih ingin memberi tahu apa yang ia lihat dan ia bangunlah sebuah tempat yang menyerupai rocket astronot.

Bertahun2 telah berlalu Siman membanting tulanng untuk memberi tahu warga apa yang ia lihat sampai akhirnya NIAT Siman hilang setelah ia tahu apa yang mau ia kasih tau ke warga ternyata sudah tayang di TV, jadi selama ini Siman ingin memberi tahu hal yang seharusnya ga usah dijadikan perkara panjang, jadi usaha yang selama ini Siman lakukan menjadi sia2. Tidak cuma itu aja, Siman juga bertemu langsung dengan pemeran yang Siman lihat dikejadian pembuatan rekayasa bulan itu, dan ternyata dia orang biasa. Awalnya Siman masih menganggap kalo dia benar dan masih berpegang teguh, sampai akhirnya semua itu diruntuhkan dengan kentu.

Jadi ada yang lebih penting dari sekedar memberitahu warga soal astronot yaitu kentu wkwkwkw. Itu sih yang gua tangkep dari film ini, namun dari segi pengemasan bener2 absurd bgt. Ga nyangka akan seabsurd ini filmnya. Untuk biacara layak atau tidak film ini mendapatkan piala FFI dibanding Impetigore gua gamau jawab, karna setiap orang punya pilihan masing2 tentunya, namun gua kurang merasa puas dengan film ini, dengan cerita yang banyak lompatan seperti ini. Cuma yang suka arthouse2 gua rasa ini cocok.

~ Dapukkk

Komentar

Postingan Populer