MARINIR DAN KERUSUHAN MEI 1998

MARINIR DAN KERUSUHAN MEI 1998


Keadaan negeri yang begitu rusuh, nyaris tak terkendali. Asap mengepul, orang-orang beringas penuh amarah. Situasi kacau, gedung gedung terbakar, penjarahan dan pekik kemarahan membahana ke seluruh penjuru. Massa yang beringas berhadapan dengan polisi dan tentara yang berwajah tegang dan geram.

Awal Mei 1998 menjadi titik mula kerusuhan ini merebak. Dari Medan, Surakarta, dan Yogyakarta dan akhirnya kota yang menjadi ibukota, Jakarta. Dari balik kabut kekacauan itu, muncul sosok-sosok tegap, berbaret ungu, dengan wajah yang selalu tersenyum. Senapan yang terselempang dibelakang punggung dengan magazine kosong, tanpa peluru.

Mereka maju, menemui massa yang tengah berada dipuncak keberingasannya. Mencoba menenangkan massa dengan persuasif dan senyuman. Tanpa letup senapan. Hasilnya, lemparan molotov, batu dan benda keras lainnya diganti dengan uluran bunga yang harum. Semua seperti terpukau, dan massa pun berangsur tenang.

Kemunculan para prajurit Marinir itu pada kerusuhan Mei 98 begitu fenomenal. Lebih dari itu, para Marinir itu berhasil menorehkan kesan postif bagi banyak pihak dan memenuhi harapan banyak orang akan sosok tentara yang prodesional, terlatih, berkemampuan tinggi namun tetap simpatik dan ramah.

Seperti yang pernah dikatakan Pramoedya bahwa marinir punya andil dalam melindungi angkatan muda, bukan seperti angkatan darat penyebab tragedi mei, membunuh sejak revolusi.

Bravo Marinir!!! Jalesyu Bhumyamca Jayamahe. Marinir! Marinir! Marinir!

Komentar

Postingan Populer