#YUK BELAJAR DARI JEPANG
#YUK BELAJAR DARI JEPANG
"Kita sempat kaget ketika beberapa hari yang lalu mendengar kabar, menteri Jepang memilih mundur karena bawahannya terindikasi korupsi. Padahal kalau dibanding kasus-kasus di Indonesia, korupsi itu tidaklah seberapa, cuma Rp1,5miliar...
Inilah budaya malu, satu nilai plus dari bangsa Jepang... Saat ini, kebanyakan orang Jepang itu atheis, terutama dalam kehidupan sehari-hari. Tapi maaf, dari segi kejujuran dan integritas, mereka lebih spiritual daripada kita...
Lihat saja dari hal kecil. Di Jepang, ketika berada di kendaraan umum, mereka men-silent-kan ponsel. Nggak enak kalau sampai ngangguin orang... Kita? Di rumah ibadah, ruang meeting, ruang seminar, dan bertemu dokter, boro-boro ponsel di-silent. Padahal kalau ponsel kita berbunyi, pastilah orang lain tergangggu. Cuma, mereka nggak enak untuk menegur kita...
Satu hal lagi. Perayaan malam tahun baru yang serba hiruk-pikuk, juga tidak lazim di Jepang. Ini rada kontras dengan budaya Barat yang selalu hingar-bingar dalam menyambut malam tahun baru... Momentum tahun baru, mereka gunakan untuk mudik dan merenung. Nggak ada yang berisik ngangguin orang.
Terakhir, soal sampah. Di Singapura dan Hongkong memang jarang orang membuang sampah sembarangan. Tapi itu karena denda. Hebatnya di Jepang, denda seperti itu terhitung langka namun nggak ada ceritanya mereka buang sampah sembarangan... Lagi-lagi ini soal budaya malu...
Saya meyakini Indonesia juga bisa, insya Allah. Kita mulai saja dari keluarga kita. Tak perlu nuding-nuding pemerintah atau sekolah..." -Ippho 'Right' Santosa, Pembicara Internasional dan Pakar Otak Kanan.
Source : faktual
"Kita sempat kaget ketika beberapa hari yang lalu mendengar kabar, menteri Jepang memilih mundur karena bawahannya terindikasi korupsi. Padahal kalau dibanding kasus-kasus di Indonesia, korupsi itu tidaklah seberapa, cuma Rp1,5miliar...
Inilah budaya malu, satu nilai plus dari bangsa Jepang... Saat ini, kebanyakan orang Jepang itu atheis, terutama dalam kehidupan sehari-hari. Tapi maaf, dari segi kejujuran dan integritas, mereka lebih spiritual daripada kita...
Lihat saja dari hal kecil. Di Jepang, ketika berada di kendaraan umum, mereka men-silent-kan ponsel. Nggak enak kalau sampai ngangguin orang... Kita? Di rumah ibadah, ruang meeting, ruang seminar, dan bertemu dokter, boro-boro ponsel di-silent. Padahal kalau ponsel kita berbunyi, pastilah orang lain tergangggu. Cuma, mereka nggak enak untuk menegur kita...
Satu hal lagi. Perayaan malam tahun baru yang serba hiruk-pikuk, juga tidak lazim di Jepang. Ini rada kontras dengan budaya Barat yang selalu hingar-bingar dalam menyambut malam tahun baru... Momentum tahun baru, mereka gunakan untuk mudik dan merenung. Nggak ada yang berisik ngangguin orang.
Terakhir, soal sampah. Di Singapura dan Hongkong memang jarang orang membuang sampah sembarangan. Tapi itu karena denda. Hebatnya di Jepang, denda seperti itu terhitung langka namun nggak ada ceritanya mereka buang sampah sembarangan... Lagi-lagi ini soal budaya malu...
Saya meyakini Indonesia juga bisa, insya Allah. Kita mulai saja dari keluarga kita. Tak perlu nuding-nuding pemerintah atau sekolah..." -Ippho 'Right' Santosa, Pembicara Internasional dan Pakar Otak Kanan.
Source : faktual
Komentar
Posting Komentar